Melawan Disrupsi di Bidang Kesehatan (4)

{ Artikel sebelumnya: Melawan Disrupsi Bisnis di Bidang Kesehatan 3 }

Tulisan sebelumnya kita mengulas karakteristik dari perusahaan teknologi yang sekiranya akan masuk ke bidang kesehatan dan sekaligus mengganggu alur bisnis Rumah Sakit dan klinik. Kalau saat ini RS/klinik masih belum punya ide bagaimana sekiranya perusahaan teknologi ini akan mengganggu mereka, maka perkenankanlah saya menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan itu sudah mulai muncul. Kalau sebelumnya saya memberikan contoh HaloDoc, Go Dok, KlikDokter, dan Dokter.id, maka sekarang sudah ada MEDI-CALL yang secara bisnis benar-benar akan mengganggu RS/klinik.

Mengapa Bisa Mengganggu?

Karena Medi-call sudah mulai mencuri pasar RS/klinik dengan cara menyediakan layanan panggil dokter, panggilan darurat, panggil laboratorium, vitamin, vaksin, infus/IV line, bahkan farmasi. Menurut saya ini sudah lengkap dan semuanya tersedia untuk dipanggil ke rumah.

Dengan adanya layanan ini, akan terjadi pergeseran pasien dari RS/klinik ke rumah. Seperti halnya belanja online, dahulu kala orang harus pergi ke toko atau mall untuk membeli baju, makanan, barang-barang, dll. Tapi dengan adanya toko online, orang mulai suka berbelanja via online. Praktis, cepat, pembayaran fleksibel, tidak repot, dan kita tinggal tunggu barangnya datang. Apalagi dengan adanya opsi pengiriman via ojek-online yang bisa lebih cepat lagi pengantarannya.

Kalau ini terjadi di bisnis RS, maka bisa diprediksi kalau tidak lama lagi akan terjadi pergeseran serupa. Walau pun benar bahwa belum semua layanan dan tindakan medis bisa dilakukan di rumah. Tapi tenaga medis yang datang ke rumah akan sangat membantu pasien dari pada mereka harus datang ke RS, antri mendaftar, antri dilayani, antri obat, antri pembayaran, yang seringkali tidak cukup selesai dalam 1-2 jam. Bahkan mungkin lebih dari 4 jam.

Dan sepertinya layanan medis pengganggu ini sudah mulai di waktu yang tepat. Coba saja lihat antrian pasien BPJS di RS, betapa panjang dan lamanya mereka harus mengurus administrasi. Memang benar bahwa RS pun memperbaiki proses administrasi dan menerapkan appointment (perjanjian) untuk mengurangi antrian dan penumpukan pasien, tapi tetap saja melelahkan bagi pasien. Dan selama perbaikan ini belum mencapai target 30 menit waktu tunggu atau 1 jam waktu yang dihabiskan pasien di RS, maka peluang untuk layanan medis ke rumah akan menjadi besar.

Dan lagi target layanan medis ke rumah ini sepertinya lebih tepat ke masyarakat menengah ke atas. Masyarakat di golongan ini cenderung rela mengeluarkan uang sedikit lebih banyak demi kenyamanan, kepraktisan dan kecepatan. Apalagi akses ke layanan medis ke rumah ini juga sangat praktis, bisa dilakukan dari smartphone saja, tidak perlu menelefon ke RS yang seringkali sulit juga dihubungi. Asyiknya adalah justru pasien yang ditelefon oleh penyedia layanan medis ke rumah jika ada kendala atau informasi tambahan berkenaan dengan akses layanan ini. Sangat praktis dan memanjakan pasien. Dan ini yang sangat disukai oleh masyarakat. Dan jika pun layanan ini menjadi terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah, sepertinya layanan ini akan menjadi trend besar.

Sepertinya akan banyak pasien dari RS yang tergerus dan cenderung menggunakan layanan medis ke rumah ini. Sebut saja perawatan medis untuk orang tua, perawatan luka, fisioterapi, terapi untuk anak dengan berkebutuhan khusus, perawatan kulit dan kecantikan, pemberian vitamin, imunisasi/vaksin, infus/IV line, konsultasi psikologi, dan masih banyak lagi.

Apalagi pergi ke RS bukan tanpa resiko, justru besar sekali resikonya. Dari sekedar tertular flu sampai ke penularan sakit berbahaya. Karena kita tidak tahu sakit apa pasien yang sedang duduk menunggu pelayanan medis, dan kita sedang duduk di sebelahnya.

Sebenarnya saya mengamati ada 2 jalur yang mungkin suatu saat bisa bersatu, yaitu antara RS/klinik dengan perusahaan teknologi yang disruptif ini. Di jalur pertama RS berlomba-lomba melakukan ekspansi dengan membangun gedung RS di berbagai wilayah. Saya tidak mengatakan strategi ini salah. Justru ini bagus. Karena akan semakin banyak kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Namun ini ada batasnya juga. Karena suatu saat akan terjadi saturasi juga. Ini seperti mall dan kantor bank yang dulunya berlomba-lomba membangun cabangnya. Tapi sekarang malah terjadi pergeseran dan sekarang bisa diamati kalau banyak mall dan kantor bank sepi. Bahkan sudah beberapa mall dan kantor cabang bank yang mulai tutup dan mengganti mekanisme kerja mereka menjadi lebih efisien.

Di jalur kedua adalah perusahaan teknologi yang mulai merintis gangguan alur bisnis konvensional RS, dari ketergantungan fisik bangunan RS seperti yang selama ini menjadi unggulan RS menjadi layanan medis tanpa perlu bangunan fisik. Sekarang orang cenderung melihat brand, tidak lagi melihat bentuk fisik gedung. Ambil contoh Traveloka, Airbnb, Go-jek, Grab, Uber, Lazada, dll. Mereka tidak mengedepankan bentuk fisik kantor mereka. Yang terpenting adalah layanan yang mereka sediakan dapat digunakan oleh masyarakat dengan praktis, cepat dan memuaskan. Itu sudah cukup. Kantor mereka hanya untuk operasional manajemen saja.

Nah, suatu saat pertemuan kedua jalur ini adalah ketika perusahaan teknologi dapat memanfaatkan semua fasilitas atau infrastruktur yang dibangun oleh RS untuk melayani pelanggannya. Ini termasuk pemanfaatan sumber daya manusia (baca: tenaga kesehatan) dari RS yang mungkin akan segera dimanfaatkan oleh platform teknologi.

Suatu saat bukan hanya pangsa pasar RS (baca: pasien) yang akan bergeser ke model bisnis disruptif, tapi juga tenaga kesehatannya juga akan tertarik ke model bisnis ini. Mungkin masih butuh waktu untuk terjadi pergeseran bisnis ini, tapi sepertinya tidak akan lama lagi.

Mungkin pendapat saya yang sederhana ini salah. Mungkin kita bisa berdiskusi lebih lanjut mengenai hal ini. Namun ada baiknya kita mulai mencermati adanya pergeseran model bisnis ini. Sekarang sepertinya belum terlalu terlihat dampak nyatanya. Karena ancaman ini sepertinya masih sangat kecil skalanya. Namun kalau melihat potensinya, sepertinya memang ke arah sana. Hanya saja, jangan sampai terlambat menyikapi, karena ketika skala ancaman ini menjadi besar, maka itu berarti RS telah terlambat. Akan sangat sulit mengejarnya.

2 thoughts on “Melawan Disrupsi di Bidang Kesehatan (4)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *